Monday, August 22, 2011

The Federal Reserve

Amerika Serikat melalui bank sentralnya, The Federal Reserve, diduga menjadi penyebab kekacauan yang mendorong terpuruknya pasar modal di dunia, termasuk di negara berkembang seperti Indonesia. AS sengaja membanjiri ekonomi global dengan dollar AS agar melemah secara internasional.

"AS membeli sendiri surat utang via mekanisme Quantitative Easing Money (QEM). Dananya (dicetak) dengan beragam jenis pinjaman tunai, sehingga sirkulasi mata uang The Fed juga naik. Itu tanda dollar AS melemah karena dibanjiri The Fed sendiri," ujar Pengamat Pasar Modal Yanuar Rizky, Senin (8/8/2011) di Jakarta.

Menurut Yanuar, selisih dari putaran dana ini tidak bisa dipungkiri berasal dari fluktuasi indeks pasar keuangan negara ketiga, baik dalam saham maupun surat utang negara (SUN). Itu membuat kurs negara tersebut berfluktuasi atas dollar AS.

"Permainan ini terlalu dikendalikan oleh The Fed sendiri, meski mereka menghibur Indonesia dengan nilai tukar dollar AS yang seolah melemah. Namun, fluktuasinya tentu akan spekulatif dan paling tidak membuat suku bunga riil tetap tinggi, karena kompetisi dengan gain (keuntungan) di pasar uang," tutur Yanuar.

Sebagai gambaran, beberapa bulan lalu, Mister Sam mempunyai 1 dollar AS yang ditukarkan ke rupiah, dan memperoleh Rp 9.000. Lalu, dia belikan uang itu ke saham PT X, dan memperoleh tiga lembar saham (harganya Rp 3.000 per lembar).

Ketika harga saham PT X naik jadi Rp 3.300 per lembar, dia menjual saham itu dan memperoleh Rp 9.900. Pada saat bersamaan, uang itu ditukarkan kembali ke dollar AS yang dipatok Rp 8.500 dollar AS. Akhirnya, Mister Sam pun memperoleh 1,17 dollar AS.

Jadi dalam tempo yang tidak terlalu lama dapat gain lumayan. "SUN dan saham yang naik turun juga harus dipastikan tidak semu," ujarnya.

No comments:

Post a Comment